Fixed Mindset vs Growth Mindset, Apa Bedanya?

fixed mindset vs growth mindset

Dalam dunia kerja yang terus berubah, kemampuan karyawan untuk beradaptasi dan berkembang jadi salah satu kunci utama untuk bertahan. Namun tahukah Anda, bahwa mindset ternyata punya peran besar dalam menentukan kesuksesan karyawan di tempat kerja? Nah, istilah fixed mindset vs growth mindset kini semakin sering dibahas, terutama oleh HR dan leader yang ingin membentuk karyawan yang tangguh, kreatif, dan produktif.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan fixed mindset dan growth mindset ini? Mana yang lebih cocok diterapkan di lingkungan kerja modern? Untuk mengetahuinya, simak sampai tuntas artikel di bawah ini!

Apa Itu Fixed Mindset?

Fixed mindset adalah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan dasar seperti kecerdasan, bakat, dan kepribadian itu sifatnya tetap dan tidak dapat diubah. Karyawan dengan pola pikir ini cenderung menghindari tantangan karena takut gagal, merasa bahwa usaha tidak banyak membantu, dan menganggap kritik sebagai serangan pribadi.

Dalam dunia kerja, fixed mindset dapat jadi penghambat perkembangan karyawan dan juga tim secara keseluruhan. Bayangkan jika dalam satu tim, mayoritas anggotanya merasa tidak mau belajar hal baru karena takut salah atau takut terlihat kurang kompeten. Lama-kelamaan, produktivitas karyawan dapat menurun, dan inovasi pun mandek.

Baca Juga: 8 Manfaat Lingkungan Kerja yang Positif Bagi Karyawan

Apa Itu Growth Mindset?

Jika fixed mindset merupakan pola pikir yang kaku, maka growth mindset justru sebaliknya. Pola pikir ini memercayai bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat terus berkembang melalui usaha, pembelajaran, dan pengalaman. Karyawan dengan growth mindset tidak takut gagal, justru menganggap kegagalan sebagai proses belajar.

Manfaat growth mindset di dunia kerja sangat besar. Karyawan dengan pola pikir ini biasanya:

  • Berani mencoba hal baru dan menghadapi tantangan.

  • Menerima kritik sebagai masukan yang membangun.

  • Percaya bahwa kerja keras dan konsistensi dapat meningkatkan kemampuan.

  • Terbuka terhadap perubahan dan cepat beradaptasi.

Growth mindset juga berpengaruh pada budaya perusahaan secara keseluruhan. Budaya yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional karyawan akan menciptakan suasana kerja yang positif, kolaboratif, dan lebih produktif. Jadi, tidak heran jika banyak perusahaan mulai menjadikan growth mindset sebagai salah satu nilai inti yang dicari dalam proses seleksi karyawan.

Fixed Mindset vs Growth Mindset, Apa Bedanya?

Walau terlihat seperti dua sisi yang berlawanan, memahami fixed mindset vs growth mindset bukan sekadar tentang memberi label pada karyawan. Ini lebih kepada memahami cara berpikir karyawan ketika menghadapi tantangan, perubahan, atau kegagalan. Yuk gali lebih dalam perbedaan di antara keduanya agar perusahaan dapat melihat mana pola pikir yang lebih tepat dalam dunia kerja modern.

1. Pandangan Terhadap Kemampuan

Karyawan dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan mereka bersifat tetap. Misalnya, jika karyawan merasa dirinya “kurang pandai berhitung”, dia akan berpikir bahwa kemampuan tersebut merupakan bawaan lahir dan tidak dapat diubah. Hal ini membuat karyawan cenderung membatasi diri. Akibatnya, karyawan enggan mencoba hal baru yang menantang kemampuan tersebut karena takut gagal atau merasa tidak cukup pintar sejak awal.

Sementara itu, karyawan dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan dapat dikembangkan dengan usaha dan pembelajaran. Karyawan tahu bahwa bakat mungkin memberi keuntungan awal, tetapi konsistensi, latihan, dan kemauan belajar jauh lebih penting dalam jangka panjang. Sikap inilah yang membuat karyawan terus tumbuh.

2. Respons Terhadap Tantangan

Ketika dihadapkan pada situasi sulit, karyawan dengan fixed mindset biasanya memilih jalan yang lebih aman. Karyawan cenderung menghindari tantangan karena takut terlihat tidak mampu. Hal ini tentu berdampak pada produktivitas dan inisiatif di tempat kerja. Alih-alih mencari solusi, karyawan dapat  jadi menyerah lebih dahulu.

Berbeda dengan karyawan yang memiliki growth mindset. Justru tantangan dianggap sebagai ajang belajar dan berkembang. Karyawan akan lebih mudah terdorong untuk mencoba hal baru, bahkan ketika ada risiko gagal. Dalam tim kerja, sikap seperti ini sangat dibutuhkan, terutama dalam situasi yang membutuhkan inovasi dan pemikiran kreatif.

Baca Juga: 10 Perbedaan Sales dan Marketing yang Penting Dipahami

3. Sikap Terhadap Kegagalan

Fixed mindset melihat kegagalan sebagai bukti bahwa karyawan tidak cukup pintar atau tidak berbakat. Maka tidak heran, ketika gagal, karyawan dapat langsung kehilangan motivasi, menyalahkan karyawan lain, atau bahkan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Hal ini dapat menghambat kemajuan pribadi dan tim, karena proses belajar berhenti di tengah jalan.

Sebaliknya, karyawan yang memiliki growth mindset memahami bahwa kegagalan merupakan bagian dari proses menuju kesuksesan. Gagal bukan berarti tidak mampu, melainkan belum berhasil. Dengan pemahaman ini, karyawan akan bangkit lebih cepat, mengambil pelajaran dari kegagalan, dan mencoba lagi dengan strategi baru.

4. Cara Menerima Kritik

Kritik seringkali menjadi momok bagi karyawan dengan fixed mindset. Bagi karyawan tersebut, kritik dapat terasa seperti serangan personal. Akibatnya, karyawan dapat menjadi defensif, menolak saran, bahkan bersikap pasif-agresif. Ini dapat menghambat proses kerja sama dalam tim dan menyulitkan proses evaluasi kinerja.

Berbeda dengan growth mindset, yang justru melihat kritik sebagai peluang untuk tumbuh. Karyawan mampu memilah mana kritik yang membangun dan mana yang perlu diabaikan. Kritik tidak lagi dianggap sebagai serangan, melainkan sebagai masukan yang dapat memperbaiki diri ke depannya.

5. Motivasi kerja

Karyawan dengan fixed mindset biasanya bekerja demi hasil akhir. Karyawan ini biasanya ingin cepat terlihat pintar, sukses, dan unggul di mata atasan. Namun, saat hasilnya tidak sesuai harapan, semangatnya dapat langsung drop. Fokus pada hasil tanpa menikmati proses juga membuat karyawan mudah stres dan kehilangan arah ketika proses tidak berjalan mulus.

Sedangkan karyawan yang memiliki growth mindset lebih menikmati proses. Karyawan tersebut menyadari bahwa setiap langkah, setiap revisi, dan setiap tantangan adalah bagian dari pembelajaran. Dengan begitu, karyawan dapat lebih konsisten dalam berkarya karena motivasinya berasal dari dalam diri, bukan hanya dari pengakuan luar.

Baca Juga: Pelatihan Security: Cara Efektif Tingkatkan Kinerja Keamanan

Jeff Bezos: Pendiri Amazon yang Sukses Terapkan Growth Mindset

Jeff Bezos, pendiri Amazon, adalah contoh nyata dari tokoh sukses yang menerapkan growth mindset dalam perjalanan kariernya. Sebagai seorang pengusaha, Bezos selalu melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang, bukan sebagai hambatan. 

Ketika Amazon pertama kali didirikan, banyak orang meragukan kemampuannya untuk mengubah bisnis e-commerce menjadi raksasa global. Namun, dengan mentalitas untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan tantangan yang ada, Bezos berhasil mengubah Amazon dari sebuah toko buku online kecil menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.

Bezos menekankan pentingnya eksperimen dan inovasi berkelanjutan di dalam perusahaan. Bezos mendorong timnya untuk tidak takut gagal, tetapi justru memandang kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran yang vital. 

Dengan menerapkan growth mindset, Bezos berhasil menciptakan lingkungan kerja yang mendorong karyawan untuk berpikir kreatif dan mengembangkan potensi terbaik, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesuksesan Amazon.

Inilah contoh bagaimana growth mindset bukan hanya diterapkan pada individu, tetapi juga menjadi budaya yang memperkuat perusahaan secara keseluruhan.

Cara Membangun Growth Mindset

Bagi perusahaan yang ingin membentuk tim yang adaptif dan tangguh, mendorong growth mindset bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Berikut beberapa cara yang dapat perusahaan lakukan untuk menumbuhkan growth mindset di lingkungan kerja:

1. Beri Ruang untuk Belajar dan Berkembang

Perusahaan dapat menyediakan pelatihan rutin, akses ke platform e-learning, atau kesempatan mengikuti webinar dan workshop. Ketika karyawan merasa didukung untuk terus belajar, karyawan lebih percaya diri untuk berkembang.

2. Ubah Cara Memberi Feedback

Alih-alih hanya menilai hasil akhir, mulailah memberi apresiasi terhadap proses dan usaha. Contoh: "Saya senang Anda mencoba pendekatan baru meski hasilnya belum maksimal." Ini mendorong karyawan untuk tidak takut bereksperimen.

3. Jadikan Kegagalan sebagai Pembelajaran, Bukan Hukuman

Bangun budaya yang tidak menyalahkan kegagalan, tetapi mengevaluasi dan belajar dari kegagalan. Diskusi pasca-proyek yang gagal dapat jadi ajang refleksi bersama, bukan ajang mencari kambing hitam.

4. Beri Tantangan yang Realistis

Tantangan yang tepat dapat memicu karyawan keluar dari zona nyaman. Tugas baru, rotasi jabatan, atau proyek lintas departemen dapat menjadi jalan untuk memperluas kemampuan dan membangun mental tangguh.

Baca Juga: 7 Cara Membangun Customer Relationship yang Kuat dan Loyal

5. Tunjukkan Contoh Nyata dari Atasan

Leader harus menjadi contoh nyata growth mindset. Ketika atasan terbuka terhadap kritik, mau belajar dari bawahan, dan tidak takut mengakui kesalahan, karyawan akan lebih mudah mengikuti.

Itulah dia penjelasan lengkap seputar fixed mindset vs growth mindset yang dapat Anda jadikan panduan dalam dunia kerja. Pola pikir ternyata punya pengaruh besar terhadap bagaimana karyawan berkembang di lingkungan profesional. Dalam era yang serba cepat dan penuh perubahan seperti sekarang, growth mindset bukan hanya pilihan terbaik, melainkan kebutuhan.

Jika Anda seorang pemimpin tim, HR, atau pemilik bisnis, yuk mulai ciptakan lingkungan kerja yang mendorong pertumbuhan, bukan stagnasi. Karena ketika karyawan berkembang, performa perusahaan pun ikut melesat.

Untuk mencapai produktivitas karyawan tersebut, dibutuhkan lebih dari sekadar motivasi internal, perlu dukungan sumber daya manusia yang tepat dan strategi pengelolaan yang solid. Di sinilah pentingnya bermitra dengan penyedia tenaga kerja seperti SOS yang memahami pentingnya pengembangan karyawan.

Maksimalkan Produktivitas Tim Anda dengan Solusi Tenaga Kerja Profesional dari SOS!

Anda ingin membangun karyawan dengan growth mindset dan produktivitas tinggi? Penting bagi Anda untuk bekerja sama dengan outsourcing vendor yang paham betul soal pengembangan sumber daya manusia. 

SOS hadir sebagai solusi Penyedia Tenaga Kerja profesional yang tidak hanya terlatih secara teknis, tetapi juga memiliki mentalitas berkembang sesuai kebutuhan industri masa kini.

Dengan pendekatan yang penuh empati dan proses rekrutmen yang ketat, kami memastikan setiap personel yang Anda terima bukan hanya siap bekerja, tapi juga siap tumbuh bersama perusahaan. 

Jadi, tunggu apalagi? Hubungi kami sekarang juga melalui WhatsApp, dan wujudkan lingkungan kerja yang produktif, adaptif, dan berdaya saing tinggi!

Berita Lainnya